Suntik Mati Saya

Airmata pemuda itu tiba - tiba membuncah tanpa dapat dibendung lagi. Tak ada sedu sedan, tak ada kata - kata. Untuk beberapa saat, kami hanya bisa terdiam. Aku memberinya waktu untuk menata kembali hatinya. 

Setelah semuanya reda, hanya sebuah kalimat meluncur dari bibirnya, " Suntik mati saya..." dan wajahnya kembali tertunduk. Kali ini, isaknya terdengar meskipun sekuat tenaga dia berusaha menahannya.

Kemarin pria itu datang untuk memeriksakan darahnya. Kakaknya sedang sekarat di rumah sakit dan membutuhkan darah. Golongan darah kakaknya, rhesus negatif, yang merupakan golongan darah yang agak sulit didapatkan di Indonesia, karena rata - rata orang Asia bergolongan darah rhesus positif. Setelah semua anggota keluarga diperiksa golongan darahnya, dia satu - satunya yang cocok dan memungkinkan untuk menjadi pendonor kakaknya. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap darahnya, transfusi dari darahnya tidak bisa dilakukan karena hasil antiHIV darahnya : reaktif. Tak percaya dengan hasil tersebut, maka dia melakukan tes ulang.

Suatu saat di masa lalu, dia pernah menggunakan narkoba suntik. Dan itupun hanya coba - coba bersama teman- teman sekerjanya. Dia bersumpah bahwa hanya sekali saja melakukannya, tapi kenapa dia harus tertular HIV ? 

Tindakannya yang hanya sekali saja, tidak hati - hati, membuatnya tak berdaya kali ini dan merasa tak berguna. " Kalau saja virus itu tidak ada didalam darahnya....mungkin kakak masih bisa tertolong..." kira - kira itulah jalan pikirannya , yang membuat dia mengatakan padaku , " suntik mati saya...."

Beruntung dia memiliki kakak yang lain yang begitu mengasihinya...yang menyadarkannya bahwa apapun yang telah terjadi, dia masih memiliki harapan dan keluarga yang  akan terus mendukungnya. 

Hidup dan mati, adalah rahasia ilahi...tanpa HIV atau dengan HIV, tiap orang tidak akan tahu apakah kematian bisa hari ini atau sepuluh tahun lagi. Penyesalan bukan tidak boleh dirasakan, namun terus menerus hidup dengan rasa bersalah, tidak akan membuat waktu bisa diulangi , terus berjalan kawan...makin hari makin bijak. Jangan pernah menyerah !

 

 

Tentang Saya

Blog ini dibuat untuk memberikan informasi tentang HIV dan AIDS. Tujuan utamanya adalah agar semakin banyak orang yang memahami tentang penyakit yang sampai saat ini masih menjadi stigma yang buruk bagi pengidap HIV.

Semoga setiap orang semakin bijak bersikap terhadap ODHA, dan semoga generasi muda , semakin menyadari bahaya HIV / AIDS yang bisa dengan sangat mudah melalui konsumsi Narkoba dan gaya hidup free Sex.

STOP penyebaran HIV ! Dengan cara menjauhi gaya hidup beresiko tertular, serta lebih bijak bersikap terhadap pengidap HIV.

Jika kalian merasa beresiko tinggi terhadap HIV, segera ke dokter dan berkonsultasi, karena masih ada harapan bila virus HIV terdeteksi lebih dini.


Dia Meninggalkanku

Gadis itu cukup manis, berkulit putih dan badannya langsing. Sepintas tak tampak sedikitpun bahwa beberapa hari yang lalu dia baru saja keluar dari rumah sakit dan menjalani perawatan yang cukup intensif.
Wajahnya semula tenang ketika mendengarkan penjelasan tentang hasil pemeriksaan yang menunjukkan bahwa tes darah antiHIV :  reaktif.

Lama kelamaan, kegalauannya tampak dari reaksinya yang menjadi lebih banyak bicara dan selalu mengulang - ulang cerita. Aku bisa merasakan bagaimana risaunya dia. Sampai pada akhirnya, terungkap semua bahwa pengecekan kali ini bukan yang pertama. Sebetulnya, sebelum minggu lalu dia tumbang dan harus dirawat di rumah sakit, dia sudah berkali - kali ke dokter dan mendapati beberapa diagnosa dokter. Pengobatan TBC telah dijalaninya lima bulan, menjalani terapi herpes, dan terakhir yang membuatnya harus dirawat adalah diare berkepanjangan. Banyak dokter sudah dia datangi, sampai akhirnya minggu lalu seorang dokter menyarankan untuk melakukan tes HIV dan CD4, dan hasilnya positif. Karena merasa tidak percaya, dia melakukan lagi pemeriksaan ditempatku.

Pada saat yang tepat, aku meyakinkannya untuk lebih fokus pada pengobatan dan menjaga kesehatan, agar CD4 tidak semakin turun dan kondisinya tidak semakin memburuk. Dan aku menyarankan agar pasangannyapun kalau bisa diajak untuk melakukan pemeriksaan. Saat itulah, matanya berkaca - kaca dan emosinya hampir tak tertahankan. Dia menceritakan bahwa pada akhirnya, ketika dia menceritakan bahwa dirinya mengidap TBC, sang pacarpun meninggalkannya.

Jika jodoh, pasti ada jalannya, bila tidak, Tuhan bisa mempertemukan dengan seseorang yang paling tepat, yang bisa menerima dia apa adanya, dan bisa menolongnya menjalani hari - hari penuh tantangan untuk terus memperbaiki kualitas hidupnya karena apapun yang telah terjadi , masih ada sinar mentari yang tetap membawa pengharapan.